Minggu, 21 Februari 2016

ANAK BERBAKAT (GIFTED/TALENTED)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Setiap anak memilki anugrah tersendiri yang diberikan dari sang maha pencipta kepadanya melalui berbagai cara salah satunya adalah sperti anak yang berbakat. Anugrah yang diberikan bukan hanya saja berupa keblebihan namun erkadang kekuranganpun termasuk anugrah dari tuhan yang diberikan kepada umatnya. Setiap kelebihan dan kekurangan pada manusia pada dasarnya harus di syukuri dan cara yang mensyukuri yang paling baik adalah dengan mengembangkan kekurangan menjadi suatu kelebihan dan menjadikan kelebihan sebagai sebagai perantara untuk membantu orang lain dalam hal kebaikan.
Dalam makalah ini akan dibahasa bagaimana cara menangani anak yang berbakat, oleh karena itu mengapa anak berbakat masuk kedalam kategori anak berkebutuhan khusus karena pada dasarnya anak berbakat itu anak yang memilki perbedaan dengan anak yang lainnya sehingga perlu mendapatkan penanganan atau wadah untuk menampung anak berbakat tersebut.
Keberbakatan hingga kini masih menjadi wacana yang sangat menarik, baik bagi yang terlibat langsung dengan persoalan keberbakatan maupun yang tidak. Bahkan menjadi lebih menarik lagi, karena banyak terjadi miskonsepsi terhadap keberbakatan. Secara umum “Keberbakatan dapat diartikan sebagai kemampuan unggul yang memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan dengan tingkat prestasi dan kreativitas yang sangat tinggi.”
Dari peranyataan tersebut dapat dipahami bahwa pertama, keberbakatan merupakan suatu kualitas yang dibawa sejak lahir (dengan kata lain keberbakatan itu bersifat alamiah), dan kedua, bahwa lingkungan keberbakatan adalah arena di mana anak berbakat memainkan peran didalamnya). Karena itulah dapat dikatakan bahwa tingkat prestasi dan kreativitas yang tinggi dihasilkan dari interaksi yang terus menerus dan fungsional antara kemampuan dan karakteristik yang dibawa seseorang dari lahir dan yang diperoleh selama dalam kehidupannya.
Perhatian terhadap pendidikan anak berbakat sebenarnya sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu. Misalnya, Plato pernah menyerukan agar anak-anak berbakat dikumpulkan dan dididik secara khusus karena mereka ini diharapkan bakal menjadi pemimpin negara dalam segala bidang pemerintahan. Oleh karena itu, mereka dibekali ilmu pengetahuan yang dapat menunjang tugas mereka (Rohman Natawijaya, 1979).
Demikian pula di Indonesia, kehadiran mereka sudah dikenal sejak dulu. Banyak sekolah yang menerapkan sistem loncat kelas atau dapat naik ke kelas berikutnya lebih cepat meskipun waktu kenaikan kelas belum saatnya. Perhatian yang lebih serius dan formal tersurat dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989 bahwa peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh pendidikan khusus untuk mengembangkan potensi anak-anak tersebut secara optimal.
Anak berbakat tidak mengalami kecacatan, seperti anak tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita. Walaupun diantara anak berbakat ada yang menyandang kelainan, tetapi kelainan itu bukan pada terhambatnya kecerdasan. Agar anak berbakat yang mempunyai potensi unggul tersebut dapat mengembangkan potensinya dibutuhkan program dan layanan pendidikan secara khusus. Mereka lahir dengan membawa potensi luar biasa yang berarti telah membawa kebermaknaan hidup. Oleh karena itu, tugas pendidikan adalah  mengembangkan kebermaknaan tersebut secara optimal sehingga mereka dapat berkiprah dalam memajukan bangsa dan negara.

B.     RUMUSAN MASALAH
v  Apakah pengertian anak berbakat?
v  Bagaimana klasifikasi anak berbakat?
v  Bagaimana karakteristik anak berbakat?
v  Apa faktor yang memengaruhi anak berbakat?
v  Bagaimanakah perkembangan anak berbakat?
v  Masalah dan dampak apa saja yang timbul dari keberbakatan?
v  Bagaimana cara mengidentifikasi keberbakatan
v  Kebutuhan pendidikan apa yang dibutuhkan anak anak berbakat?
v  Bagaimana bentuk layanan pendidikan bagi anak berbakat?
v  Berapakah persentase anak dengan cerdas istimewa/berbakat istimewa di indonesia saat ini?

C.    TUJUAN PENULISAN
Ø  Untuk memahami pengertian anak berbakat
Ø  Untuk memahami klasifikasi anak berbakat
Ø  Untuk memahami karakteristik anak berbakat
Ø  Untuk memahami faktor yang memengaruhi anak berbakat
Ø  Untuk memahami perkembangan anak berbakat
Ø  Untuk memahami masalah dan dampak yang timbul dari keberbakatan
Ø  Untuk memahami cara identifikasi anak berbakat
Ø  Untuk memahami kebutuhan pendidikan anak berbakat
Ø  Untuk memahami bentuk layanan pendidikan bagi anak berbakat
Ø  Untuk mengetahui persentase anak dengan cerdas istimewa/berbakat istimewa di indonesia



BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN ANAK BERBAKAT
Anak yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa (gifted) adalah anak yang secara significant memiliki mempunyai IQ 140 atau lebih, potensi diatas rata-rata dalam bidang kemampuan umum, akademik khusus, kreativitas, kepemimpinan, seni dan/atau olahraga. Anak berkebutuhan khusus gifted (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Banyak istilah yang dapat dipakai untuk menyebut anak berbakat, diantaranya: anak unggul, anak berkemampuan istimewa, anak superior, anak genius, dan masih banyak lagi sebutan lainnya. Secara konseptual pengertian anak berbakat juga berkembang dari tahun ke tahun. Pertama, anak berbakat adalah anak yang ditunjukkan dengan kemampuan tingkat kecerdasaan atau kemampuan umum (g factor) di atas rata-rata. Konsep ini diperkuat dengan teori faktor, bahwa kemampuan individu dapat dikatagorikan menjadi dua, yaitu kemampuan khusus (s factor) dan kemampuan umum (g factor).
Berdasarkan konsep ini Komisi Pendidikan AS, Sidney P. Marland (1972) menetapkan definisi anak berbakat sebagai "Gifted and talented children are those identified by professionally qualified persons who by virtue of outstanding abilities are capable of high performance. These are children who require differentiated educational programs and/or services beyond those normally provided by the regular school program in order to realize their contribution to self and society" Artinya kurang lebih: “Anak berbakat adalah anak yang diidentifikasi oleh orang-orang yang berkualifikasi profesional sebagai anak yang memiliki kemampuan luar biasa. Mereka menghendaki program pendidikan yang sesuai atau layanan melebihi sebagaimana diberikan secara normal oleh program sekolah regular, sehingga dapat merealisasikan kontribusi secara bermakna bagi diri dan masyarakatnya.
Kemampuan anak dengan kinerja tinggi yang dapat merupakan prestasi dan atau kemampuan potensial dalam beberapa bidang, baik yang sifatnya kemampuan tunggal maupun kemampuan jamak, atau kombinasi di antara bidang-bidang itu di antaranya: kemampuan intelektual umum, bakat akademik spesifik, kemampuan produktif atau kreatif, kemampuan kepemimpinan, kemampuan bidang seni visual dan pertunjukan, dan kemampuan motorik. Dengan menggunakan definisi keberbakatan yang lebih luas, suatu sistem sekolah diharapkan mampu mengidentifikasi 10% s.d. 15% atau lebih dari populasi dapat disebut anak berbakat. Untuk memahami definisi tersebut di atas secara lebih mendalam, maka dipandang perlu melakukan deskripsi masing-masing bidang keberbakatan.
1.      Kemampuan intelektual umum, bahwa orang umum seperti juga pendidik selalu mendefinisikan ini berkenaan dengan skor tes inteligensi yang tinggi – yang biasanya di atas 2 standar deviasi. Orangtua dan guru sering mengenal siswa yang memiliki kemampuan intelektual umum di atas rata-rata yang diindikasikan dengan tingkat perbendahaan kata yang tinggi, ingatan, dan penguasaan kata-kata abstrak, dan pemikiran abstrak.
2.      Bakat akademik khusus, bahwa siswa dengan bakat akademik khusus diidentifikasi dengan penampilan yang unggul pada tes prestasi atau tes bakat dalam satu atau lebih dari satu bidang, seperti: prestasi matematika, sains. Pengelola pencarian bakat sering kali disponsori oleh sejumlah universitas dan institut dengan mengidentifikasi siswa yang berbakat akademik yang skornya 97 % atau lebih tinggi berdasarkan hasil tes prestasi terstandar dan tes bakat skolastik.
3.      Kemampuan berpikir kreatif dan produktif, bahwa bakat ini merupakan kemampuan menghasilkan ide-ide baru dengan menyatukan elemen-elemen yang ada dan bakat untuk mengembangkan makna-makna baru yang berarti bagi masyarakat. Karakteristik suswa kreatif dan produktif mencakup keterbukaan terhadap pengalaman, menetapkan standar personal untuk evaluasi, kemampuan memainkan ide-ide, keinginan untuk menghadapi resiko, kesukaan terhadap kompleksitas, toleran terhadap ambiguitas, image diri yang positif, dan kemampuan menyatu dengan tugas. Siswa kreatif dan produktif diiedntifikasi melalu penggunaan tes seperti Torrance Test of Creative Thinking atau melalui penampilan kreatif.
4.      Kemampuan kepemimpinan, bahwa kepemimpinan dapat diidentifikasi sebagai kemampuan untuk mengarahkan individu atau kelompok untuk sampai kepada keputusan atau tindakan bersama. Siswa yang menampilkan kemampuan keberbakatan bidang kepemimpinan menggunakan keterampilan kelompok dan bernegosiasi dalam situasi yang sulit. Beberapa guru mengenal kepemimpinan melalui minat yang sungguh-sungguh dan keterampilan dalam pemecahan masalah. Karakteristik kepemimpinan mencakup kepercayaan diri, tanggung jawab, kerjasama, kecenderungan untuk mendominasi, dan kemampuan beradaptasi dengan mudahnya terhadap situasi yang baru. Siswa siswa ini dapat diidentifikasi melalui instrumen seperti the Fundamental Interpersonal Realtions Orientation Behavior.
5.      Seni visual dan pertunjukan, bahwa siswa berbakat bidang seni menunjukkan keberbakatan khususnya bidang seni visual, musik, tari, drama atau bidang bidang terkait lainnya. Siswa-siswa ini dapat diidentifikasi dengan menggunakan deskripsi tugas seperti skala produk kreatif (the Creative Product Scale), yang dikembangkan untuk Sekolah Negeri Detroit oleh Patrik Byrons dan Beverley Ness Parke, Wayne State University.
6.      Kemampuan psikomotorik, bahwa kemampuan ini mencakup kemampuan motorik kinestetik, seperti keterampilan praktik, spasial, mekanikal, dan fisikal. Kemampuan ini jarang digunakan sebagai suatu kriteria dalam program bagi anak berbakat.

Selain daripada pandangan tersebut di atas, ada pandangan-pandangan lain
tentang keberbakatan. Pertama, Robert Sternberg dan Robert Wagner (1982) menyarankan bahwa keberbakatan adalah suatu jenis mental selfmanagement. Manajemen mental kehidupan seseorang dalam suatu cara yang konstruktif dan bertjuan memiliki tiga elemen dasar: mengadaptasikan dengan lingkungan, menyeleksi lingkungan baru, dan membentuk lingkungan. Sternberg dan Wagner menegaskan bahwa dasar psikologis yang sangat penting dari keberbakatan intelektual yang tersisa dalam kecakapan intuitif mencakup tiga proses utama, yaitu (1) memisahkan informasi yang relevan dan tak relevan, (2) mengkombinasikan informasi yang terpisah ke dalam keseluruhan yang utuh, dan (3) mengaitkan insformasi yang diperoleh pada saat ini dengan informasi yang diperoleh pada masa lalu.
Kedua, Howard Gardner (1983) juga menyarankan suatu konsep multiple intelligences, bahwa ada beberapa cara untuk memandang dunia, yaitu : kecerdasan linguistik, logikal/matematik, spasial, musikal, kinestetik, interpersonal, dan intrapersonal. Belakangan ini dilengkapi dengan kecerdasan naturalistik.
Ketiga, Joseph Renzulli (1986) menyatakan bahwa perilaku keberbakatan merefleksikan suatui interaksi antara tiga kluster dasar dari sifat-sifat manusia, yaitu kemampuan di atas rata, tingkat komitmen akan tugas yang tinggi, dan tingkat kreativitas yang tinggi. Menurut Renzulli, anak-anak berbakat adalah anak yang memiliki atau mampu mengembangkan kesatuan dari sifat-sifat itu dan menerapkannya untuk bidang-bidang apa yang bermakna dari kinerja manusia. Selain daripada itu juga dikatakan bahwa mereka adalah anak yang mampu mengembangkan suatu interaksi di antara tiga kluster, jika diberikan berbagai kesempatan dan layanan pendidikan yang tidak biasanya diberikan melalui program intsruksional pada umumnya.
Gambar 1:
Apa yang Membuat Keberbakatan
(Renzulli, 1979)

Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas, maka ABA merupakan salah satu unsur keberbakatan yang sangat penting, di antara jenis keberbakatan lainnya. Artinya bahwa ABA merupakan salah satu katagori dari definisi Marland Report, dan juga salah satu sub katagori dari kemampuan di  atas rata-rata, terutama kemampuan khusus, dari definisi Renzulli. Memang pada awalnya konsep keberbakatan yang diperkenalkan Renzulli, bahwa kemampuan yang dimaksudkan sebagai salah satu klusternya itu hanya menunjukkan kemampuan umum. Namun pada perkembangan lebih lanjut Renzulli (Sterndberg dan Davidson, 1986) menegaskan bahwa kemampuan di atas rata dipahami sebagai kemampuan umum dan khusus. Kemampuan khusus terdiri dari kemampuan memperoleh pengetahuan, keterampilan atau kemampuan untuk menampilkan satu keahlian atau lebih, misalnya kemampuan khusus bidang akademik, seni (musik, lukis, pahat), kepemimpinan, dan lain sebagainya.
Selanjutnya ditegaskan oleh Kitano dan Kirby (1985) bahwa ABA adalah individu yang memiliki kemampuan potensial dan aktual di bidang akademik tertentu seperti: sains, matematika, ilmu pengetahuan sosial, dan humaniora. Keunggulan bidang akademik yang ditunjukkan dapat juga hanya satu bidang
atau dua bidang, bahkan dapat juga semua bidang.
Roe (Kitano dan Kirby, 1985) menegaskan bahwa individu di sekolah yang mampu menunjukkan prestasi akademik unggul, ternyata tidak selamanya dia memiliki kecerdasan tinggi, padahal mereka yang memiliki bakat akademik pada umumnya berkecerdasan tinggi. Selain daripada itu individu yang sukses dalam karirnya lebih disebabkan oleh fungsi kerja keras daripada kecemerlangan potensi yang dimilikinya.
Selain daripada itu disadari bahwa ABA tidak selamanya mampu menunjukkan prestasi akademik yang unggul, karena boleh jadi disebabkan oleh beberapa faktor. Di antara mereka, ada yang tidak mampu menampilkan potensi akademiknya secara optimal. Mereka itulah yang disebut sebagai anak berprestasi kurang (underachieving children). Kelompok inilah yang cenderung sebagai populasi yang lebih banyak terjadi di Indonesia, karena model pendidikan yang diselenggarakannya cenderung lebih bersifat klasikal, dan belum memberikan perhatian dan layanan berdasarkan potensi dan kebutuhan peserta didik. Untuk menyelamatkan potensi ABA yang lebih banyak menjadi tumpuan masa dapan bangsa, maka diperlukan layanan pendidikan dan bimbingan yang relevan.

B.     KARAKTERISTIK ANAK BERBAKAT
Bila dikaitkan dengan definisi Renzulli, maka karakteristik Anak Berbakat, diantaranya sebagai berikut:
1.      Menunjukkan kemampuan di atas rata-rata, terutama di bidang:
a.       Kemampuan Umum
·         Tingkat berpikir abstrak yang tinggi, penalaran verbal dan numerikal, hubungan spasial, ingatan, kelancaran kata.
·         Adaptasi terhadap dan pembentukan situasi baru dalam lingkungan eksternal.
·         Automatisasi pemrosesan informasi.
b.      Kemampuan Khusus:
·         Aplikasi berbagai kombinasi kemampuan umum di atas terhadap bidang-bidang yang lebih spesifik (misalnya Matematika, Sain, Seni, kepemimpinan)
·         Kemampuan memperoleh dan membuat penggunaan yang tepat sejumlah pengetahuan formal, teknik, dan strategi di dalam menyelesaikan masalah-masalah tertentu.
·         Kemampuan untuk memilih informasi yang relevan dan tak relevan dengan problem atau bidang studi tertentu

2.      Menunjukkan Komitmen yang terhadap tugas, yang diindikasikan dengan:
a.       Kemampuan yang tinggi terhadap minat, antusiasme, dan keterlibatan dengan suatu problem atau bidang tertentu.
b.      Ketekunan, daya tahan, ketetapan hati, kerja keras, dan pengabdian.
c.       Kepercayaan diri, adanya keyakinan mampu melaksanakan pekerjaan yang penting, bebas dari perasaan inferior, keinginan yang kuat untuk berprestasi.
d.      Kemampuan mengidentifikasi masalah-masalah di bidang-bidang tertentu.
e.       Menetapkan standar yang tinggi terhadap pekerjaan; memelihara keterbukaan diri dan kritik eksternal; mengembangkan rasa estetis, kualitas dan keunggulan tentang pekerjaannya sendiri dan pekerjaan orang lain.

3.      Menunjukkan kreativitas yang tinggi, yang diindikasikan dengan:
a.       Kelancaran, keluwesan, dan keaslian dalam berpikir.
b.      Keterbukaan terhadap pengalaman; Reseptif terhadap apa yang baru dan berbeda dalam pikiran, tindakan, dan produk dirinya sendiri dan orang lain.
c.       Ingin tahu, spekulatif, dan berpetualangan, keinginan untuk menghadapi resiko baik dalam pikiran maupun tindakan.
d.      Sensitif terhadap karakteristik ide dan sesuatu yang rinci dan estetik; keinginan untuk bertindak dan bereaksi terhadap stimulasi elsternal, ide-ide dan perasaannya sendiri.
e.       Sikap berani mengambil langkah atau keputusan menurut orang awam berisiko tinggi.
Selain daripada itu perlu dipahami bahwa di balik karakteristik AB, ada perilaku positif dan negatif yang muncul, sebagaimana yang dinyatakan oleh Little (2003), pada Tabel 1.
Tabel 1
Karakteristik AB Dan Konsekuensi Perilakunya
Karakteristik
Perilaku Positif
Perilaku Negatif
Belajar dengan cepat dan mudah
Mengingat dan menguasai fakta-fakta dasar secara cepat.
Mudah bosan, suka mengganggu anak lain
Membaca secara intensif
Membaca banyak buku dan menggunakan perpustakaan sendiri
Menolak tanggungjawab orang lain
Perbendaharaan kata sangat maju
Mengkomunikasikan ide-idenya baik sekali
Menimbulkan kemarahan
Tetap menjaga banyak informasi
Siap mengingat dan merespon
Memonopoli diskusi
Rentang perhatiannya sangat lama
Komitmen tinggi terhadap tugas atau proyek
Bertahan dengan kegiatan rutin kelas, tidak suka diganggu
Memiliki keingintahuan yang tinggi, punya banyak minat
Suka bertanya dan puas dengan ide-idenya
Gampang marah
Bekerja mandiri
Menciptakan dan menemukan diluar tugas yang diberikan
Menolak kerja dengan orang lain
Cermat dan jeli dalam mengamati sesuatu
Mengenal masalah
Mengoreksi orang dewasa secara kurang respon
Memiliki rasa humor
Mampu mentertawakan dirinya sendiri
Membuat joke yang kejam atau trick terhadap orang lain
Memahami dan mengenal hubungan
Mampu memecahkan problem-problem sosial
Melakukan intervensi orang lain
Prestasi akademik tinggi
Mengerjakan tugas sekolah dengan baik
Sombong, tidak sabar terhadap orang lain
Lancar dalam ekspresi verbal
Kuat dibidang verbal dan angka-angka, mengarahkan teman sebaya dengan cara yang positif
Mengarahkan teman sebaya dengan cara-cara yang negative
Individualistik
Memiliki teman sedikit, memiliki rasa keunikan sendiri
Bertahan terhadap apa yang diyakini
Memiliki dorongan diri yang kuat
Menghendaki arah dan bantuan guru yang minimal
Agresif dan menantang orang lain

Karakteristik anak berbakat ditinjau dari segi akademik, sosial/emosi, fisik/kesehatan, intelektual, persepsi, motivasi, dan aktivitas.

1.      Karakteristik Akademik
Roe, seperti dikutip oleh Zaenal Alimin (1996) mengidentifikasikan karakteristik keberbakatan akademik adalah:
a.       memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang benar,
b.      keranjingan membaca,
c.       menikmati sekolah dan belajar.
Sedangkan Kitano dan Kirby (1986) yang dikutip oleh Mulyono Abdurrahman (1994) mengemukakan karakteristik keberbakatan bidang akademik adalah:
a.       memiliki perhatian yang lama terhadap suatu bidang akademik khusus,
b.      memiliki pemahaman yang sangat maju tentang konsep, metode, dan terminologi dari bidang akademik khusus,
c.       mampu mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang akademik khusus  yang dipelajari pada aktivitas-aktivitas bidang lain,
d.      kesediaan mencurahkan sejumlah besar perhatian dan usaha untuk mencapai standar yang lebih tinggi dalam suatu bidang akademik,
e.       memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik dan motivasi yang tinggi untuk berbuat yang terbaik, dan
f.       belajar dengan cepat dalam suatu bidang akademik khusus.
Salah satu contoh yang digambarkan oleh Kirk (1986) bahwa  seorang anak berbakat berusia 10 tahun, ia memiliki kemampuan akademik dalam hal membaca sama dengan anak normal usia 14 tahun, dan berhitung sama dengan usia 11 tahun, anak ini memiliki keberbakatan dalam membaca.  

2.      Karakteristik Sosial/Emosi
Ada beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan sosial, yaitu:
a.       diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang dewasa,
b.      keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan sosial, mereka memberikan sumbangan positif dan konstruktif,
c.       kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah dalam pertengkaran dan pengambil kebijakan oleh teman sebayanya,
d.      memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang dan jujur,
e.       perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang rasa,
f.       bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan dengan  situasi,
g.      mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang dewasa,
h.      mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain, dan
i.        memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi situasi sosial dengan cerdas, dan humor.
Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa anak yang berbakat dalam hal social dan emosi, bahwa seorang anak berusia 10 tahun memperlihatkan kemampuan penyesuaian sosial dan emosi (sikap periang, bersemangat, kooperatif, bertanggung jawab, mengerjakan tugasnya dengan baik, membantu temannya yang kurang mampu dan akrab dalam bermain). Sikap-sikap yang diperlihatkannya itu sama dengan sikap anak normal usia 16 tahun.
    
3.      Karakteristik Fisik/Kesehatan
Dalam segi fisik, anak berbakat memperlihatkan (a) memiliki penampilan yang menarik dan rapi, (b) kesehatannya berada lebih baik  atau di atas rata-rata, (studi longitudinal Terman dalam Samuel A. Kirk, 1986).
Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa seorang anak berbakat usia 10 tahun memiliki tinggi dan berat badan sama dengan usianya. Yang  menunjukkan perbedaan adalah koordinasi geraknya sama dengan anak normal usia 12 tahun. Mereka juga memperlihatkan sifat rapi.

4.      Karakteristik Intelektual-Kognitif
a.       Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim, pikiran-pikiran kreatif.
b.      Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh.
c.       Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.
d.      Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan mudah dipahami.
e.       Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.
f.       Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.
g.      Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan baik.
h.      Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.
i.        Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.
j.        Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.
k.      Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.
l.        Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.
m.    Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.
n.      Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.
o.      Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.

5.      Karakteristik Persepsi/Emosi
a.       Sangat peka perasaannya.
b.      Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain).
c.       Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan sesuatu yang tidak dirasakan oleh orang-orang lain).
d.      Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu.
e.       Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya).
f.       Pada umumnya introvert.
g.      Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.
h.      Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru
i.        Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.

6.      Karakteristik Motivasi dan Nilai-Nilai Hidup
a.       Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).
b.      Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.
c.       Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.
d.      Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self driven).
e.       Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna hidup.
f.       Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang lain.
g.      Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap “nyerempet-nyerempet bahaya” .
h.      Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.
i.        Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.

7.      Karakteristik Aktifitas
a.       Punya energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari satu hal ke hal lain tanpa terlihat lelah.
b.      Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit dibanding anak normal.
c.       Sangat waspada.
d.      Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu persoalan dalam waktu yang sangat lama.
e.       Tekun, gigih, pantang menyerah.
f.       Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan hal-hal baru untuk dilakukan.
g.      Spontanitas yang tinggi.

C.    KLASIFIKASI ANAK BERBAKAT
Anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, seperti dikemukakan oleh Sutratinah Tirtonegoro (1984; 29) yaitu; Superior, Gifted dan Genius. Ketiga kelompok anak tersebut memiliki peringkat ketinggian intellegnsi yang berbeda.
1.      Genius
Genius ialah anak yang memiliki kecerdasan luar biasa, sehingga dapat menciptakan sesuatu yang sangat tinggi nilainya. Intelligence Quotien-nya (IQ) berkisar antara 140 sampai 200. Anak genius memiliki sifat-sifat positif sebagai berikut; daya abstraksinya baik sekali, mempunyai banyak ide, sangat kritis, sangat kreatif, suka menganalisis, dan sebagainya. Di samping memiliki sifat-sifat positif juga memiliki sifat negatif, diantaranya; cenderung hanya mementingkan dirinya sendiri (egois), temperamennya tinggi sehingga cepat bereaksi (emosional), tidak mudah bergaul, senang menyendiri karena sibuk melakukan penelitian, dan tidak mudah menerima pendapat orang lain.

2.      Gifted
Anak ini disebut juga gifted and talented adalah anak yang tingkat kecerdasannya (IQ) antara 125 sampai dengan 140. Di samping memiliki IQ tinggi, juga bakatnya yang sangat menonjol, seperti ; bakat seni musik, drama, dan ahli dalam memimpin masyarakat. Anak gifted diantaranya memiliki karakteristik; mempunyai perhatian terhadap sains, serba ingin tahu, imajinasinya kuat, senang membaca, dan senang akan koleksi.


3.      Superior
Anak superior tingkat kecerdasannya berkisar antara 110 sampai dengan 125 sehingga prestasi belajarnya cukup tinggi. Anak superior memiliki karakteristik sebagai berikut; dapat berbicara lebih dini, dapat membaca lebih awal, dapat mengerjakan pekerjaan sekolah dengan mudah dan dapat perhatian dari teman-temannya.

D.    FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANAK BERBAKAT
1.       Hereditas
Hereditas adalah faktor yang diwariskan dari orang tua, meliputi kecerdasan, kreatif produktif, kemampuan memimpin, kemampuan seni dan psikomotor. Dalam diri seseorang telah ditentukan adanya faktor bawaan yang ada setiap orang, dan bakat bawaan tersebut juga berbeda setiap orangnya. Namun U. Branfenbrenner dan Scarr Salaptek menyatakan secara tegas bahwa sekarang tidak ada kesangsian mengenai faktor genetika mempunyai andil yang besar terhadap kemampuan mental seseorang.

2.      Lingkungan
Lingkungan, hal-hal yang mempengaruhi perkembangan anak berbakat ditinjau dari segi lingkungannya (keluarga, sekolah dan masyarakat). Lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam mempengaruhi keberbakatan seorang anak. Walaupun seorang anak mempunyai bakat yang tinggi terhadap suatu bidang, tanpa adanya dukungan dan perhatian dari lingkungannya seperti, masyarakat tempat dia bersosialisasi, keluarga tempat ia menjalani kehidupan berkeluarga, tempat dia menjalani kehidupan dan mengembangkan keberbakatan itu dapat membantunya dalam mencapai ataupun memaksimalkan bakatnya tersebut.


E.     PERKEMBANGAN ANAK BERBAKAT
1.      Perkembangan Fisik Anak Berbakat
·         Pola perkembangan fisik anak pada umumnya terjadi pula pada anak berbakat
·         Reaksi-reaksi fisik terjadi lebih cepat dan lebih awal dari anak-anak biasa karena secara intelektual dia lebih mampu menyerap informasi dan stimulus dari luar.
·         Perkembangan psikomotorik dan kemampuan koordinasi anak berbakat cenderung baik cepat dari rata-rata
·         Karena sensitifitas intelektual yang cukup tinggi, anak berbakat cenderung menunjukan karakteristik (sensasi) fisik seperti; menerima masukan (stimulus) yang luar biasa dari lingkungan melalui kesadaran sensoris yang amat tinggi, kesenjangan antara perkembangan fisik dan intelektual, kurang toleran terhadap kesenjangan antara standar dan keterampilan fisik.
·         Melihat karakteristik dan kebutuhan (sensasi) fisik anak berbakat, maka program pendidikan bagi mereka sepatutnya mempertimbangkan kebutuhan untuk :
o   Melakukan aktifitas yang memungkinkan terjadinya integrasi dan asimiliasi data sensoris
o   Apresiasi kapasitas fisik
o   Menjelajahi aktifitas fisik yang menimbulkan kesenangan dan kepuasan
o   Menjelajahi aktifitas yang mengarah kepada keterpaduan antara pikiran dan badan

2.      Perkembangan Kognitif Anak Berbakat
      Menurut beberapa ahli, ciri/karakteristik perkembangan kognitif anak berbakat, adalah sebagai berikut :
a.       Ada perbedaan struktur otak sehingga mampu menfungsikan kedua belahan otak secara terintegrasi sehingga mewujudkan perilaku kreatif.
b.      Memiliki kemampuan berpikir analitis, integratif, dan evaluatif.
c.       Memiliki Curiosity (rasa ingin tahu), imagination, persistence, commitment to solving problems, dan concern with the future.
d.      Memiliki kemampuan berpikir superior, berpikir abstrak, menggeneralisasi fakta, memahami makna, dan memahami hubungan
e.       Memiliki kesiapan belajar lebih awal.
f.       Memiliki minat luas terhadap masalah manusia dan dunia.
g.       Memiliki minat baca dalam berbagai bidang pengetahuan.
h.      Menunjukkan kemampuan tinggi dalam matematika, terutama dalam memecahkan masalah.
Semua ciri perkembangan kognitif anak berbakat menunjukkan kemudahan yang dimilikinya dalam belajar. Apabila karakteristik tersebut tidak tersalurkan sebagaimana mestinya tak mustahil muncul masalah sbb :
·         Kebosanan terhadap pengajaran reguler
·         Kesulitan hubungan sosial dalam kelompok seusia
·         Dipandang sombong oleh kawan sebayanya
·         Sulit berkonformitas pada kelompok
·         Frustasi karena dia harus menjadi “penunggu”
Perkembangan kognitif anak berbakat juga disertari dengan perkembangan kemampuan intuitif. Kaitan intuisi dengan kreatifitas, bahwa fungsi intuitif berperan dalam pemunculan kreatifitas seseorang. Kreatifitas merupakan integrasi fisik maupun psikis dan bukan semata-mata perilaku intelektual. Keunikan intuisi anak berbakat ditandai dengan kecenderungan untuk :
·         Terlibat dan peduli terhadap pengetahuan intuitif dan fenomena-fenomena metafisik
·         Terbuka terhadap pengalaman-pengalaman metafisis
·         Menunjukkan perilaku kreatif dalam banyak hal
Kebutuhan program pendidikan bagi anak berbakat dalam mengembangkan aspek kognitif yaitu :
a.       Pengkajian informasi baru dan menantang
b.      Akses terhadap kurikulum dan kehidupan intelektual yang menantang
c.       Pengkajian berbagai mata ajaran dan kepedulian
d.      Pemecahan masalah dalam berbagai cara
e.       Penyediaan pengalaman dan dukungan bagi proses percepatan pencapaian tingkat perkembangan kognitif yang lebih tinggi
f.       Kesempatan melakukan dialog bermakna tentang fenomena, memahami energi dan kecakupan intuitif, pengembangan kegiatan kreatif secara berkelanjutan.

3.      Perkembangan Emosi Anak Berbakat
Perkembangan emosi anak berbakat cenderung menunjukkan kekukuhan dalam pendirian sebagai manifesasi adanya kepercayaan diri yang kuat dalam upaya mencapai hasil, peka terhadap keadaan sekitar, dan senang terhadap hal-hal baru. Kecenderungan negatif emosi anak berbakat adalah sebagai berikut :
§  Mudah tersinggung
§  Sikap egois
§  Kesulitan dalam penyesuaian diri
Kecenderungan negatif emosi ini terjadi karena karakteristik yang tinggi belum tentu disertai dengan terjadinya perkembangan emosi yang tinggi pula. Perkembangan emosi dalam pendidikan anak berbakat seyogyanya terakomodasikan kebutuhan yang berkenaan dengan :
a.       Proses-proses kognitif yang memberikan pengalaman emosional yang bermakna
b.      Klarifikasi perasaan dan harapan diri maupun orang lain
c.       Pemahaman perwujudan komitmen ke dalam tindakan nyata
d.      Pengembangan tujuan dan arah perilaku untuk realistik atas dasar nilai-nilai pribadi
e.       Validasi timbangan moral yang berbeda di atas rata-rata



4.      Perkembangan Sosial Anak Berbakat
Menurut Clark (1988), perkembangan sosial dan emosional anak berbakat adalah sebagai berikut :
a.       Anak berbakat, jika dibandingkan dengan teman sebayanya, merasa lebih senang dan puas dengan keadaan dirinya sendiri dan hubungan antar pribadinya
b.      Anak berbakat cenderung menunjukkan penyesuaian emosional yang lebih baik daripada anak rata-rata walaupun kecenderungan ini lebih erat kaitannya dengan latar belakang sosial ekonomi daripada dengan kecerdasan
c.       Anak berbakat cenderung lebih mandiri dan kurang berkonformitas terhadap pendapat sebaya, lebih dominan, lebih mampu mengendalikan lingkungan, dan lebih kompetitif
d.      Anak berbakat menunjukkan kecakapan kepemimpinan dan menjadi terlibat dalam kegiatan dan kepedulian sosial
e.       Anak berbakat lebih cenderung memilih kawan yang memiliki kesebayaan usia intelektual daripada memilih kawan yang secara kronologis berada pada usia yang sama.
Program pendidikan bagi anak berbakat hendaknya mengakomodasikan kebutuhan akan :
§  Pemahaman tuntutan aktualisasi diri
§  Penyaluran dorongan-dorongan yang divergent
§  Keterlibatan dalam masalah sosial-sosial
§  Pemahaman kepemimpinan
§  Eksplorasi tataran berpikir tingkat tinggi

F.     MASALAH DAN DAMPAK KEBERBAKATAN
Anak keberbakatan mengandung atau memunculkan masalah bagi :
1.      Individu sendiri,
2.      Keluarga,
3.      Masyarakat,
4.      Penyelenggara pendidikan.
Secara singkat masalah tersebut adalah :
1.      Masalah dan dampak bagi individu
Anak berbakat memiliki kemungkinan masalah-masalah individu yang dirumuskan dalam kecenderungan-kecenderungan.
a.       Kecepatan perkembangan kognitif yang tidak sesuai dengan kekuatan fisik, sehingga terjadi kesenjangan diantara keduanya, dapat menimbulkan perasaan tidak ade kuat pada diri anak. Perasaan semacam ini dapat mendorong anak tidak peduli terhadap kegiatan fisik kelompok, sehingga dapat menimbulkan frustasi, kecewa dan tidak puas terhadap kehidupan kelompok sebaya.
b.      Perkembangan kognitif anak berbakat lebih cepat dari teman sebaya akan menimbulkan kebosanan terhadap pengajaran reguler, kesulitan hubungan sosial dalam kelompok seusia, sulit berkonfirmasi dalam kelompok, frustasi karena harus “menunggu” kelompok. Kondisi semacam ini menimbulkan kesulitan penyesuaian diri anak berbakat.
c.       Kemampuan anak berbakat untuk menyerap dan menghimpun informasi yang tidak diimbangi dengan perkembangan emosi dan kesadaran dapat menimbulkan ketidakstabilan perkembangan emosi. Kondisi semacam ini akan membuat individu rawan terhadap kritik, bersikap serius, dan menentang, menentukan nilai sendiri dan tujuan yang mungkin tidak realistis.
d.      Kematangan sosial dan kecakapan kepemimpinan yang tumbuh lebih awal pada anak berbakat dapat menimbulkan masalah penyesuaian diri. Kondisi semacam ini akan menumbuhkan perasaan tidak tertantang dan dapat mendorong individu untuk mengambil pemecahan masalah melalui jalan pintas.



2.      Masalah dan dampak bagi keluarga
Keberbakatan akan membawa dampak iklim dan perlakuan keluarga.  Orang tua yang tidak memahami dan menyadari akan potensi yang dimiliki anaknya bisa jadi tidak peduli dan merespon perilaku anak tadi. Orang tua berupaya supaya anaknya patuh dan mengikuti pola interaksi sebagaimana layaknya anak pada umumnya. Kecenderungan orang tua untuk menghardik anaknya kalau anak itu melibatkan diri dalam urusan orang tuanya, memaksakannya untuk bermain dengan teman seusianya.
Sikap orang tua tersebut akan menimbulkan letak beruntung dalam keberbakatan (disadvantages child). Dalam menghadapai anak berbakat orang tua harus menunjukkan sikap memahami, peduli terhadap pikiran dan perasaan anak, bersikap terbuka dan memberi peluang kepada anak untuk mengekspresikan dirinya.
Peran orang tua adalah guru bagi anak berbakat dalam lingkungan. Beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua di dalam membantu dan membimbing anak berbakat ialah :
                        a)            Ciptakan komunikasi terbuka antara orang tua-anak dan antar anak dengan disertai kasih sayang
                        b)            Berikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk menghadapi dan memecahkan masalah
                        c)            Sertakan anak dalam kegiatan orang tua sehingga anak memperoleh wawasan yang lebih luas dan mendalam
                       d)            Perhatikan kebutuhan utama anak dan upayakan untuk memenuhinya secara wajar
                        e)            Berikan anak kepercayaan untuk melakukan sesuatu yang dipikirkan dan disenangi
                         f)            Hargai upaya dan hasil kerja anak dan ikuti perkembangannya
                        g)            Bantulah anak untuk mengembangkan, memahami dan menyesuaikan kebutuhan-kebutuhannya
                        h)            Bantulah anak menyusun skala prioritas kegiatan
                          i)            Sediakan fasilitas dan sumber informasi yang dapat dimanfaatkan oleh anak untuk memenuhi hasrat keinginan tahunya
                          j)            Berilah anak untuk memahami perbedaan individu melalui pembentukan pengertian
                        k)            Perhatikan kebutuhan gizi dan kesehatan anak
                          l)            Tanyakan rasa bahagia dalam hidup bersama dia

3.      Masalah dan dampak bagi masyarakat
Masalah dan dampak keberbakatan bagi kehidupan masyarakat terlebih pada isu sosial maupun politis bagaimana perlakuan terhadap anak berbakat diberikan terutama layanan pendidikan yang mungkin diperolehnya. Contoh, pendidikan khusus yang diperoleh anak berbakat mungkin akan menimbulkan sikap elitisme dan ekslusif atau dintegrasikan ke dalam sistem persekolahan biasa yang mungkin akan menimbulkan masalah-masalah bagi anak itu sendiri. Masalah keberbakatan membawa dampak terhadap pengambilan kebijakan pendidikan.

4.      Masalah dan dampak bagi penyelenggara pendidikan
Perbedaan program pendidikan bagi anak berbakat bukan sekedar berbeda, tetapi secara kualitatif memang menghendaki perbedaan walaupun tidak berarti harus terpisah dari anak-anak biasa. Perbedaan kualitatif perlu karena anak berbakat memiliki karakteristik dan kebutuhan suatu permasalahan yang berbeda dari anak-anak pada umumnya.

G.    IDENTIFIKASI ANAK BERBAKAT
1.    Konsep identifikasi
Bradwein (1980 dalam Feldhusen dan Baska, 1989)  menulis bahwa identifikasi anak berbakat adalah suatu proses mengenali anak-anak yang memiliki kemampuan motivasi, konsep diri, dan potensi kreativitas berada jauh di atas rata-rata sehingga harus di perlukan layanan kurikulum yang berdiferesiansi agar mereka dapat berkembang secara penuh seperti potensi yang dimiliki. Ada tiga konsep yang terdapat dalam rumusan definisi tersebut, ialah:
a)     Proses mengenali,
Artinya bahwa setelah identifikasi dilakukan maka orang di luar anak itu, baik guru, orang tua, maupun orang lain dapat mengetahui atau mengenali anak yang memiliki potensi unggul.
b)    Konsep kedua adalah perlunya kurikulum yang berdiferensiasi
Artinya bahwa anak-anak berbakat ini memerlukan layanan pembelajaran yang berbeda dengan anak-anak yang berkemampuan rata-rata.
c)     Konsep ketiga bahwa dengan kurikulum yang berdiferensiasi ini maka potensi anak unggul akan berkembang secara optimal dalam bentuk kemajuan belajar yang sangat pesat dan berkualitas yang pada akhirnya secara akumulatif mencapai hasil belajar yang unggul pula.
Menurut swassing (1985)  identifikasi memiliki dua konsep yaitu konsep penyaringan (screening) dan identifikasi actual (actual identification). produk dari proses penyaringan adalah pemisahan antara anak-anak yang berbakat dengan yang bukan berbakat. Dan proses identifikasi actual ialah proses penelitian lebih mendalam lagi tentang karakteristik dari anak yangt berbakat tersebut.

2.    Perlunya identifikasi terhadap anak berbakat.
Identifikasi anak berbakat harus dibedakan antara bakat sebagai potensi yang mungkin belum terwujud dan bakat yang sudah terwujud dan nyata dalam prestasi yang unggul.Kita harus menghargai potensi atau bibit unggul dan dikembangkan menjadi prestasi yang luar biasa.Potensi anak berbakat merupakan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini berarti bahwa anak berbakat yang “ underachiever” ( yaitu yang belum berprestasi sesuai dengan potensinya yang unggul)juga diidentifikasi sebagai anak berbakat. Selain itu anak berbakat memerlukan pelayanan dan program pendidikan khusus sesuai dengan potensi, minat dan kemampuannya: hal ini sesuai dengan UU No. 2 pasal 24 Ayat (1). Mengidentifikasi anak berbakat yang berumur 6 tahun yaitu :
a.     Anak ini lebih cepat dan lancar berbicara dibandingkan anak-anak di usianya.
b.    Memiliki daya tangkap yang tinggi
c.     Rasa ingin tahunya tinggi
d.    Kepercayaan diri yang tinggi.
Identifikasi dini terhadap anak yang berbakat perlu di laksanakan baik oleh orang tua, guru dan orang disekitarnya. Itu merupakan langkah yang strategis karena dengan data yang bukan hanya sekedar informasi guru nantinya akan dapat melayani kebutuhan anak yang pada dasarnya memang memiliki kemampuan yang berbeda- beda. Dengan data ini guru akan dapat mencapai tujuan pembelajaran, melakukan analisis intruksional, menyusun strategi pembelajaran, memilih media yang akan dipakai, dan merancang evaluasi yang tepat dengan langkah yang mantap.
Selama ini tujuan pembelajaran disamakan untuk semua anak, padahal mereka dating kesekolah membawa berbagai perbedaan termasuk perbedaan potensi.Oleh karena itu, tujuan pembelajaran pun harus berbeda antara anak yang berbakat dengan anak yang memiliki potensi biasa atau normal.  Adapun tujuan pembelajaran anak adalah optimalisasi potensi unggul menjadi prestasi unggul sehingga pada gilirannya anak berbakat ini akan dapat memberikan sumbangan yang luar biasa tinggi kualitasnya terhadap masyarakat.
Selain itu, proses pengidentifikasian akan mempermudah konselor untuk segera melaksanakan langkah-langkah pedagogis yang sifatnya operasional. Langkah-langkah itu adalah:  
1.     Konselor dapat mengadakan koordinasi dengan ahli lain untuk meneruskan mengumpulkan data sehingga hasil identifikasi nanti akan dapat lebih konfrehensif.
2.     Mengemas pembelajaran agar sesuai dengan keberbakatan anak.

3.      Prosedur Identifikasi Anak Berbakat Dengan Tes
Prosedur yang digunakan dalam proses identifikasi bersifat nondiskriminatif dikaitkan dengan ras, latar belakang ekonomik, suku, dan kondisi kecacatan. Dalam rangka identifikasi ABA, ada dua langkah penting, yaitu penjaringan (screening) dan assessmen.
A.    Penjaringan (Screening)
·         Nominasi guru
Observasi guru memungkinkan evaluasi perkembangan sepanjang waktu. Guru dapat mempertimbangkan cara siswa memecahkan masalah, seperti juga mempertimbangkan jawabannya. Guru-guru dapat juga melihat bagaimana siswa menggunakan waktunya, dan bagaimana beberapa indikator keberbakatan yang telah dikutip untuk diterapkannya. Juga, meminta siswa menjawab siapa yang paling pintar dan paling membantu di antara mereka dapat membantu guru dalam melakukan identifkasi.
·         Nominasi orangtua
Orangtua dapat memungkinkan pemberian rekomendasi berdasarkan pengamatannya yang lama terhadap bakat yang dimiliki anak. Berkaitan dengan itu, orangtua dapat memperhatikan tingkat penguasaan anak dalam tugas intelektual dan minat dan keingintahuan yang bervariasi. Pada kenyataannya, menyuruh orangtua untuk mempertimbangkan bakat anak adalah suatu cara yang baik untuk melibatkan orangtua dalam memberikan informasi yang sangat berharga bagi pemahaman anak yang lebih komprehensif.
·         Nominasi teman sebaya (peer nomination)
Penunjukkan teman sebaya dapat memberikan informasi tentang keunggulan anak berbakat dalam sekolah, baik berkenaan dengan keunggulan bidang akademik maupun bidang non-akademik, terutama kemampuan anak memecahkan masalah, kemampuan kepemimpinan, dan sikap kejujuran anak.
·         Prestasi akademik anak
Posisi anak pada saat diidentifikasi memiliki nilai informasi yang sangat penting, terutama berkenaan dengan kedudukan prestasi terakhir siswa, di samping sejarah prestasi akademiknya, maupun non akademiknya yang sangat terkait dengan keunggulan anak dalam kinerjanya.
·         Portofolio
Kemajuan sepanjang waktu, yang disertai dengan prestasi keseluruhannya, dapat dinilai oleh pemantau bahan-bahan yang tersimpan dalam portofolionya. Ini memungkinkan evaluasi dalam berbagai bidang, seperti belajar yang memiliki gaya tertentu dan penggunaan pengetahuan. Selain itu bahwa portofolio memungkinkan kegiatan asessmen kreativitas siswa melalui unjuk kinerja dalam berbagai even yang telah terdokumentasikan. Untuk membantu dalam membakukan evaluasi portofolio, sekolah dapat mengembangkan suatu daftar kriteria untuk dipertimbangkan, seperti: kompleksitas penyajian.
·         Produk kerja atau Kinerja yang bagus sekali
Selama dalam sejarah kehidupan anak, perlu terus ditelusuri produk-produk karya siswa berbakat, baik yang dihasilkan secara voluntir maupun hasil lomba, yang dibuktikan dengan piala atau piagam penghargaan. Karya-karya mereka dapat didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat dijadikan bukti sebagai karya-karya yang berprestasi untuk melengkapi bukti-bukti lainnya.
·         Observasi
Pengamatan terhadap perilaku anak berbakat, baik dalam kelas, maupun di luar kelas, terutama berkenaan dengan perilaku-perilaku yang menunjukkan kinerja baik sebagai pribadi maupun anggota kelompok, keluarga, atau masyarakat. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh konselor atau wali kelas yang memang bertanggung jawab dalam mendampingi kehidupan anak di sekolah
·         Mereviu catatan siswa
Siswa biasanya memiliki catatan pribadi. Melalui cara ini, dapat dilihat bagaimana catatan pribadi siswa tentang kegiatan di luar sekolah, misalnya, keanggotaan dalam suatu drama club, peran dalam kegiatan keluarga, dan serta peran di masyarakat. Yang juga sangat penting adala. Bagaimana dengan konsistensi prestasi di sekolah.
·         Tes kelompok (group test).
Tes kelompok ini dilakukan untuk menambah informasi tentang anak, baik berkenaan dengan informasi inteligensi maupun bakat skolastik dan prestasi belajarnya. Untuk itu perlu dilakukan tes inteligensi, tes bakat skolastik, maupun tes prestasi belajar
.
B.     Assesment
Berdasarkan hasil screening, maka selanjutnya dilakukan assessmen baik terkait dengan kemampuan kecerdasan umum, bakat skolastik dan bakat lainnya, maupun tingkat kreativitas dan komitmen akan tugas. Untuk melakukan assessmen tersebut, digunakan tes dan instrumen terstandar, di antaranya digunakan tes inteligensi, tes bakat skolastik, tes bakat, tes kreativitas, dan inventory komitmen akan tugas. Sebagian besar tes tersebut lebih bersifat individual.

4.      Prosedur Identifikasi Anak Berbakat Dengan Tes
Pendekatan non tes adalah identifikasi melalui studi kasus, yaitu memperoleh sebanyak mungkin keterangan tentang anak yang diperkirakan berbakat dari sumber-sumber yang berbeda, misalnya dari guru, orang tua, teman sebaya atau dari anak itu sendiri. Dan bisa juga dari angggota masyarakat yang mengenal baik anak tersebut. Jadi disini tidak perlu memakai alat-alat tes, tetapi misalnya dengan menggunakan suatu daftar pertanyaan kuesioner.
Prosedur mana yang akan digunakan tidak dapat dilihat lepas dari suatu pertimbangan pelaksanaannya, sejauh mana mudah digunakan serta pertimbangan dari segi ekonomis dan efisiensi. Dengan penunjukan oleh guru tidak diperlukan tenaga ahli khusus. Jadi guru di anggap sebagai tokoh yang tepat untuk mengidentifikasi murid berbakat, karena ia yang paling mengenal kemampuan murid-muridnya.
 Jadi kesimpulannya bahwa banyak sekali metode atau cara yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi anak berbakat, bahwa prosedurnya bervariasi dari yang sangat sederhana sampai dengan yang sangat rumit. Yang mana dipilih tergantung dari kebijakan setempat, maupun dari fasilitas-fasilitas yang tersedia.
Bagaimanapun setiap metode dan prosedur bertujuan untuk memberi kesempatan sebaiknya pada anak-anak berbakat untuk dapat mengembangkan potensinya dan demikian mewujudkan dirinya.

H.    KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK ANAK BERBAKAT
Keanekaragaman yang ditemui diantara anak-anak termasuk anak berbakat mencerminkan jenis dan jumlah adaptasi yang perlu diadakan sekolah untuk memenuhi kebutuhan khusus mereka. Kebutuhan pendidikan anak berbakat dapat ditinjau dari 2 kepentingan berikut.
1.      Kebutuhan Pendidikan dari Segi Anak Berbakat itu Sendiri
Oleh karena potensi yang dimiliki anak berbakat sedemikian  hebatnya jika dibandingkan dengan anak biasa maka untuk mengembangkan potensinya mereka membutuhkan hal-hal berikut ini.
a)      Anak berbakat membutuhkan peluang untuk mencapai aktualisasi potensinya melalui penggunaan fungsi otak yang efektif dan efisien. Mereka tetap membutuhkan pengembangan fungsi otaknya walaupun telah memiliki otak yang hebat. Apalagi penggunaan kapasitas otak itu hanya 5% dari fungsi keseluruhannya (Conny Semiawan, 1995). Melalui pendidikan terjadi interaksi antara potensi bawaan individu dengan lingkungannya.
b)     Membutuhkan peluang untuk dapat berinteraksi dengan anak-anak lainnya sehingga mereka tidak menjadi manusia yang memiliki superioritas intelektual saja tetapi merupakan manusia yang mempunyai tingkat penyesuaian yang tinggi pula.
c)      Membutuhkan peluang untuk mengembangkan kreativitas dan motivasi internal untuk belajar berprestasi karena usaha pengembangan anak berbakat tidak semata-mata hanya pada aspek kecerdasan saja.
Dengan memenuhi kebutuhan tersebut diharapkan anak berbakat  tidak hanya menjadi insan yang superior karena gagasan dan pemikirannya yang cemerlang, tetapi ia juga dapat menjadi manusia harmonis dalam bergaul. Anak berbakat adalah individu yang utuh yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain.

2.      Kebutuhan Pendidikan yang Berkaitan dengan Kepentingan Masyarakat
Kehadiran anak berbakat dengan potensinya yang bermakna  sangatlah merugikan jika potensi yang dimiliki anak tersebut tidak diakomodasi dan didorong untuk berkembang sehingga dapat berguna dalam pengembangan bangsa dan negara. Oleh karena itu, pendidikan anak berbakat membutuhkan dukungan dari masyarakat, antara lain sebagai berikut.
a)      Membutuhkan kepedulian dari masyarakat terhadap pengembangan potensi anak berbakat. Apabila kepedulian ini kurang atau tidak ada maka potensi anak tersebut menjadi mubazir, maksudnya anak berbakat berada di bawah potensi kemampuannya. Kepedulian ini digambarkan oleh Moh. Amin (1996) dengan mengatakan bahwa sejak dahulu Plato telah menyerukan agar anak-anak berbakat dididik secara khusus karena mereka ini diharapkan akan menjadi pemimpin dalam segala bidang.
b)     Membutuhkan pengembangan sumber daya manusia berbakat. Usaha pengembangan sumber daya manusia berbakat merupakan pengakomodasian serta pengembangan aset bangsa karena anak-berbakat ini dapat menjadi penopang dan pendorong kemajuan bangsa karena potensi yang dimilikinya berkembang secara optimal.
c)      Anak berbakat membutuhkan keserasian antara kemampuannya dengan pengalaman belajar. Oleh karena itu, pendidikan perlu mewujudkan lingkungan yang kaya pengalaman sehingga dapat memenuhi perkembangan anak berbakat. Anak-anak berbakat memiliki perspektif masa depan yang jauh berbeda dengan orang lain.
d)     Membutuhkan usaha untuk mewujudkan kemampuan anak berbakat secara nyata (rill) melalui latihan yang sesuai dengan segi keberbakatan anak berbakat itu sendiri.

I.       LAYANAN PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
Beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam memberi layanan kepada anak berbakat adalah sebagai berikut.
a.       Komponen sebagai Persiapan Penentuan Jenis Layanan
Sebelum menentukan jenis layanan pendidikan bagi anak berbakat, perlu memperhatikan beberapa hal yang penting, antara lain sebagai berikut.
·         Pengidentifikasian anak berbakat
Mengidentifikasi anak berbakat bukanlah hal yang mudah. Oleh  karena banyak anak-anak berbakat di sekolah tidak menampakkan bakat mereka dan tidak dipupuk. Banyak diantara mereka berasal dari  golongan ekonomi rendah, mengalami masalah emosional yang menyamarkan kemampuan intelektualnya atau subkultur yang menekan kemampuan bicara. Langkah pertama dalam pengenalan anak berbakat adalah menentukan alasan atau sebab untuk mencari mereka. Jika kita memilih kelompok matematika maka pendekatan akan berlainan kalau  kita mencari siswa yang mempunyai keterampilan menulis kreatif atau untuk kemampuan seni pementasan, kepemimpinan, dan lain-lain.
Alat-alat yang digunakan dalam identifikasi berfokus pada beberapa hal, seperti yang dikemukakan oleh Kirk (1986), yaitu kelancaran (kemampuan untuk memberikan jawaban bagi pertanyaan yang diberikan), kelenturan (kemampuan untuk memberikan berbagai macam jawaban atau beralih dari satu macam respons ke respons yang lain), dan kemurnian (kemampuan untuk memberikan respons yang unik dan layak). Namun, hal-hal yang ditemukan oleh guru, orang tua, perlu dicek dengan tes standar dan pengukuran kemampuan objektif lainnya oleh para ahli dalam bidang tersebut.
Selanjutnya Renzulli, dkk., seperti dikutip Conny Semiawan (1995) mengemukakan bahwa identifikasi anak berbakat harus mewakili kawasan-kawasan kemampuan intelektual umum, komitmen terhadap tugas, dan kreativitas. Menurutnya kinerja seseorang secara khusus dipengaruhi oleh motivasi yang muncul dalam menyelesaikan tugasnya dan ketiga dimensi itu saling berhubungan. Prosedur identifikasi  dengan sendirinya memperhatikan faktor intelektual dan non intelektual. Pendekatan Renzulli ini penting karena dapat membedakan anak-anak berbakat dari mereka yang biasa-biasa saja terutama dilihat dari faktor motivasi dan kreativitas.

·         Tujuan umum pendidikan anak berbakat
Tujuan program pendidikan anak berbakat adalah (1) anak-anak berbakat harus menguasai sistem konseptual yang penting ada pada tingkat kemampuan mereka dalam berbagai bidang mata pelajaran, (2) anak-anak berbakat harus mengembangkan keterampilan dan strategi yang memungkinkan mereka menjadi mandiri, kreatif, dan memenuhi kebutuhan dirinya, dan (3) anak-anak berbakat harus mengembangkan suatu kesenangan dan kegairahan tentang belajar yang akan membawa mereka melalui kerja keras dan kerutinan yang merupakan bagian proses yang tidak dapat dihindarkan (Samuel A. Kirk, 1986).
·         Kebutuhan pendidikan anak berbakat baik itu kepentingan individu anak berbakat itu sendiri maupun untuk kepentingan masyarakat. Dari analisis komponen-komponen tersebut diciptakan jenis  layanan pendidikan yang merupakan alternatif dalam implementasi pendidikannya.

b.      Komponen sebagai Alternatif Implementasi Jenis Layanan
Berikut ini akan dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan implementasi layanan pendidikan anak berbakat.
·         Ciri Khas Layanan yang sesuai dengan Kebutuhan Anak Berbakat
1)      Adaptasi lingkungan belajar
Ada beberapa alasan dalam mengadaptasi lingkungan belajar, yaitu (a) untuk memberi kesempatan anak berbakat dalam berinteraksi dengan teman yang seusia, (b) untuk memudahkan guru dalam mengajar karena berkurangnya keanekaragaman siswa, dan (c) untuk menempatkan siswa berbakat dengan pengajar yang yang mempunyai keahlian khusus dalam menangani anak berbakat. Sehubungan  dengan adaptasi lingkungan belajar ini Gallagher, dkk. (1983) mengemukakan ada beberapa cara sebagai berikut.
a)      Kelas pengayaan, guru kelas melaksanakan suatu program tanpa bantuan petugas dari luar.
b)      Guru konsultan, pelaksanaan program pengajaran dalam kelas biasa dengan bantuan konsultan khusus yang terlatih.
c)      Ruangan sumber belajar, siswa berbakat meninggalkan ruang kelas biasa ke ruangan sumber untuk menerima pengajaran dari guru yang terlatih.
d)     Studi mandiri, siswa memilih proyek-proyek dan mengerjakannya di bawah pengawasan seorang guru yang berwewenang.
e)      Kelas khusus, siswa berbakat dikelompokkan bersama-sama disekolah dan diajar oleh guru yang dilatih khusus.
f)       Sekolah khusus, siswa berbakat menerima pengajaran disekolah khusus dengan staf guru yang dilatih secara khusus.
Selanjutnya, Utami Munandar (1996) mengemukakan bahwa alternative lingkungan belajar/tempat belajar anak berbakat dapat berupa sekolah unggulan yang dapat menampung anak-anak berprestasi tinggi dari daerah sekitarnya. Disekolah unggulan itu mereka dihadapkan dengan program yang memungkinkan akselerasi dan pengayaaan.

2)      Adaptasi Program
Adaptasi program dilakukan dalam beberapa cara, diantaranya sebagai berikut.
a)      Melalui percepatan/akselerasi siswa
Stanley (1979) mengemukakan beberapa cara percepatan, yaitu:
(1)   pemasukan ke sekolah pada usia dini, anak yang memperlihatkan kematangan sosial dan intelektual diperbolehkan memasuki Taman Kanak-kanak pada usia lebih muda dari anak pada umumnya;
(2)   pelompatan tingkat/kelas, anak dengan cepat naik kelas  pada kelas/tingkat berikutnya walaupun belum saatnya kenaikan kelas.
(3)   percepatan materi, anak mengikuti materi standar dengan waktu yang lebih singkat,  misalnya  belajar di Sekolah Menengah Pertama hanya dua  tahun;
(4)   penempatan  yang  maju,  siswa  mengambil pelajaran di Perguruan Tinggi sementara ia masih di Sekolah Menengah Atas;
(5)   pemasukan ke Perguruan Tinggi yang lebih awal, seorang siswa yang sangat maju bisa masuk Perguruan Tinggi dalam usia 13, 14 atau 15 tahun.

b)      Melalui pengayaan
Pengayaan isi (mata pelajaran) memberi kesempatan pada siswa untuk mempelajari materi secara luas, seperti menggunakan ilustrasi khusus, membuat contoh-contoh, memperkaya pandangan, dan menemukan sesuatu.
c)      Pencanggihan materi pelajaran
Materi pelajaran harus menantang anak berbakat untuk menggunakan pemikiran  yang tinggi agar mengerti ide, dan memiliki abstraksi yang tinggi. Materi pencanggihan ini tidak terdapat dalam kurikulum/program pendidikan biasa.
d)     Pembaruan   
Pembaruan isi pelajaran adalah pengenalan materi yang biasanya tak akan muncul dalam kurikulum umum karena keterbatasan  waktu atau abstraknya sifat isi pelajaran. Tujuan pembaruan ini ialah untuk membantu anak-anak berbakat menguasai ide-ide  yang  penting. Jenis pembaruan materi pelajaran, misalnya guru  mengajak siswa untuk memikirkan konsekuensi kemajuan teknologi (AC, komputer, TV, dan lain-lain).
e)      Modifikasi kurikulum sebagai alternatif
(1)   Kurikulum plus
Herry Widyastono (1996) mengemukakan bahwa kurikulum plus dikembangkan dari kurikulum umum (nasional) yang diperluas dan diperdalam (pengayaan horizontal dan vertikal), agar siswa mampu memanifestasikan (mewujudkan) potensi proses berpikir tingkat tinggi (analisis, sintesis, evaluasi, dan pemecahan masalah) yang dimiliki, tidak sekadar proses berpikir tingkat rendah (ingatan/pengetahuan, pemahaman, dan penerapan), seperti anak pada umumnya yang sebaya dengannya.
(2)   Kurikulum berdiferensiasi
Conny Semiawan (1995) mengemukakan bahwa kurikulum berdiferensiasi dirancang dengan mengacu pada penanjakan kehidupan mental melalui berbagai program yang akan menumbuhkan kreativitas serta mencakup berbagai pengalaman belajar intelektual tingkat tinggi. Kurikulum ini  tidak memerlukan sekolah khusus anak berbakat. Dalam  model ini, anak berbakat yang menonjol dalam bidang tertentu bisa memperoleh materi yang lebih banyak sehingga bakatnya menonjol. Dalam pengayaan, bukan materi dan jam pelajarannya yang ditambah secara kuantitatif tetapi yang paling penting adalah suatu desain yang secara kualitatif berbeda dengan anak normal.
Kurikulum ini memungkinkan guru untuk mendiferensiasi kurikulum tanpa mengganggu kelancaran pembelajaran di dalam  kelas.

·         Strategi Pembelajaran dan Model Layanan
1)      Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat sangat mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi pembelajaran adalah sebagai berikut.
a)      Pembelajaran anak berbakat harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas yang lebih sesuai dengan kemampuannya yang lebih tinggi dari anak normal.    
b)      Pembelajaran pada anak berbakat tidak saja mengembangkan kecerdasan intelektual semata, tetapi pengembangan kecerdasan emosional juga patut mendapat perhatian. Utami Munandar (1996) mengemukakan bahwa kreativitas dan motivasi internal anak berbakat perlu dikembangkan untuk belajar berprestasi.
c)      Pembelajaran anak berbakat berorientasi pada modifikasi proses, isi/content,  dan  produk.  Sehubungan  dengan  itu,  M. Soleh YAI (1996) mengemukakan 3 jenis modifikasi sebagai berikut, modifikasi proses adalah metodologi atau cara guru mengajar termasuk cara mempresentasikan isi materi kepada siswa yang berorientasi kepada berpikir tingkat tinggi, banyak pilihan, mengupayakan penemuan, mendukung penalaran atau argumentasi, kebebasan memilih, interaksi kelompok dan simulasi serta kecepatan dan variasi proses. Modifikasi isi adalah modifikasi dalam materi pembelajaran baik berupa ide, konsep, maupun fakta. Pembelajaran dimulai dari hal yang konkret menuju ke hal yang kompleks, abstrak dan bervariasi. Modifikasi produk atau hasil adalah produk kurikulum yang tidak dapat dipisahkan dari isi materi dan proses pembelajaran yang dikembangkan dan merupakan hasil dari proses yang dievaluasi untuk menentukan efektivitas satu program.

2)      Model-model layanan
Model-model layanan yang dimaksud adalah model yang mengarah pada perkembangan anak berbakat diantaranya layanan perkembangan kognitif, nilai, moral, kreativitas dan bidang khusus. Berikut ini akan dikemukakan apa dan bagaimana implementasi dari model-model tersebut (adaptasi dari Conny Semiawan, 1995) :
a)      Model layanan kognitif-afektif
Sasaran akhir dari model ini adalah pengembangan bakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran sangat memperhitungkan kreativitas dan sisi kognitif afektif yang merupakan dinamika dari proses perkembangan bakat tersebut. Metode atau cara dalam melaksanakan model tersebut, yaitu dengan cara pemberian stimulus langsung pada belahan otak kanan, dan metode tak langsung dengan menghayati pengalaman belajar atau percakapan tertentu secara mendalam.

b)      Model layanan perkembangan moral
Sasaran model ini adalah tercapainya kemandirian moral atau tanggung jawab moral yang diperoleh melalui sosialisasi dan individualisasi dalam kaitan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social. Sebagai makhluk individu ia berhak mencipta, menyatakan diri secara mandiri, namun sebagai makhluk social ia harus dapat meletakkan kepentingannya dalam kepentingan masyarakat. Pendidikan moral anak berbakat seyogyanya harus jauh lebih luas dari yang diperoleh dikelas. Usaha mengimplementasikan model ini adalah sekolah harus menciptakan suasana dengan mengacu pada kemampuan berpikir, yang dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip dan kepedulian terhadap yang lain.
Oleh karena itu Vare dalam Khatana 1992 mengusulkan strategi untuk mengembangkan moral dengan mengadakan diskusi dengan teman sebaya mengenai dilemma atau klarifikasi nilai, membaca hasil penelitian tentang moral, bermain peran, simulasi, drama kreatif dan permainan, penelitian kelompok atau kelas mengenai ketentuan hokum (strategi yurisprudensial) dan diskusi dengan lingkungan masyarakat tentang isu-isu sekolah.

c)      Model perkembangan nilai
Model ini memerhatikan peranan kehidupan afektif (emosional) sehari-hari, seperti rasa senang, sedih, takut, bangga, malu, rasa bersalah, dan bosan. Perasaan-perasaan ini membentuk sikap seseorang dan sebaliknya perkembangan nilai erat hubungannya dengan perkembangan sikap dan merupakan kerangka pembentukan moral seseorang. Oleh karena itu, strategi pengembangan nilai erat kaitannya dengan strategi perkembangan moral.

d)     Layanan berbagai bidang khusus
Bidang-bidang khusus ini adalah kepemimpinan, seni rupa dan seni pertunjukan.
1)      Kepemimpinan
Kepemimpinan menurut Stogdill (1977) adalah kemampuan, hasil belajar, tanggung jawab, partisipasi, status, dan situasi. 
·         Kemampuan kepemimpinan terkait dengan inteligensia, kepekaan dan penilaian. Sifat-sifat ini dapat diamati dalam kegiatan ekstrakurikuler  (bagi  anak  remaja).
·         Hasil belajar, terkait dengan pengetahuan, kemajuan persekolahan  atau  data  authentic.  Hal  ini  dapat  dilatih dibangku  sekolah  melalui  berbagai  pengalaman  belajar  dan dapat dilihat dari kinerja pesertanya.
·         Tanggung jawab, terkait dengan prakarsa, percaya diri dan keinginan melebihi teman-temannya. Ini dapat dilatih melalui tugas kelompok, dan tugas konstruksi tertentu yang dapat menampilkan keinginan untuk melebihi, dan mudah dapat diciptakan.
·         Partisipasi, menunjuk pada keaktifan, keluwesan, bergaul, kerja sama, kemampuan menyesuaikan diri dan humor. Kemampuan itu dapat dilatihkan melalui berbagai permainan, seperti penugasan membuat karangan tentang diri sendiri yang dapat menampilkan sifat kepemimpinan tersebut.
·         Status, terkait dengan potensi sosial ekonomis dan popularitas. Hal ini dapat diamati dalam pergaulan sehari-hari.
·         Situasi, terkait dengan tingkat mental, keterampilan, kebutuhan, dan interest. Biasanya informasi tentang kualitas situasi ini diperoleh melalui analisis sosiometrik.

2)      Kelompok seni dan pertunjukan
Seni rupa dan pertunjukan adalah sifat-sifat pribadi khusus dan produktivitas. Pendekatan biasanya dilakukan melalui pengamatan dan layanan bersifat khusus melalui kinerja atau pertunjukan. Layanan perilaku musik dapat diadakan dengan menyelesaikan melodi musik menurut fantasinya sendiri, meniru langsung tanpa tanda baca not balok di alat music tertentu, latihan irama, mengingat lagu atau melodi tertentu tersebut.

·         Layanan perkembangan kreativitas
Pengembangan kreativitas terdiri dari beberapa tingkat, seperti berikut.
1)      Tingkat kreativitas pertama, ditandai oleh fleksibilitas, originalitas, serta keterbukaan terhadap masalah yang disertai keberanian mengambil risiko. Latihannya adalah berilah secarik kertas kepada anak dengan pertanyaan “siapa anda”. Tugasilah anak menulis Sembilan jawaban tentang dirinya yang tidak boleh dilihat oleh temannya. Suruhlah mereka periksa secara cermat. Barangkali ada jawaban yang ingin diubahnya karena dirasakannya tidak sesuai dengan dirinya. Setelah selesai bagilah murid menjadi 5 atau 8 orang per kelompok dan suruhlah mereka saling membicarakan jawabannya. Tujuannya adalah untuk saling menghayati keunikan dirinya. Selanjutnya dapat diberi pertanyaan secara terbuka.
2)      Tingkat  kreativitas  kedua,  ditandai  oleh  adanya  pemetaan masalah dengan mencari pemecahan masalah secara teratur (organized). Misalnya, “lima hari sekolah” dapat dipetakan dalam kelompok masalah dan bagaimana perlakukan subjek terhadap masalah tersebut. Kemudian, guru dapat memberikan beberapa pertanyaan yang menuntut  pemikiran evaluative atau aneh seperti persamaan dan perbedaan raksasa dan orang kerdil.
3)      Tingkat  kreativitas  ketiga,  dengan  mengadakan  perumusan masalah berdasarkan asumsi tertentu, seperti mencari berbagai informasi tentang hal tertentu, analisis desain yang sistemik serta meramalkan sesuatu (hipotesis), membutuhkan kebenaran suatu ramalan, dan membuat projek mandiri tentang topic tersebut. Selanjutnya, dapat dibuka berbagai pusat kegiatan, misalnya pusat sains dan pusat pengembangan pengabdian pada masyarakat.

·         Stimulasi imajinasi dan proses inkubasi
Hal  lain  yang  perlu  dilakukan  adalah  mengembangkan stimulasi imajinasi kreatif dan proses inkubasi.
1)      Stimulasi  imajinasi  kreatif  adalah  proses  mental  manusiawi yang menjadikan semua kekuatan motif berprestasi untuk menstimulasi dan member energy pada tindakan kreatif. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan fungsi otak kiri dan factor khusus, seperti kualitas suasana rumah, pola asuh ibu-anak atau bapak-anak, komunikasi antar keluarga sehingga terjadi interaksi anak dengan lingkungannya.
2)      Proses inkubasi adalah tahap berpikir kreatif dan pengatasan masalah (problem solving) dimana fungs mental yang tadinya digerakkan oleh persiapan yang direncanakan secara intensif sehingga tercapai pemahaman yang mengarah pada pemecahan masalah.
  
·         Desain pembelajaran 
Sebagaimana  kita  ketahui  bahwa  anak  berbakat  terus-menerus memerlukan  stimulus  untuk  mencapai  perkembangan  yang optimal.Oleh karena itu, kita perlu merencanakan desain pembelajaran yang khusus. Renzulli mengemukakan bahwa langkah-langkah penting untuk diperhatikan dalam mendesain pembelajaran adalah sebagai berikut : seleksi dan latihan guru, pengembangan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan belajar dalam segi akademik maupun seni, prosedur identifikasi jamak, pematokan saasaran program, orientasi kerja sama antar personel, rencana evaluasi, dan peningkatan administratif.
Hal-hal tersebut dapat dikelompokkan menjadi karakteristik dan kebutuhan belajar anak, persiapan tenaga guru, pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak, adanya kerjasama antarpersonel, pola administrasi, dan rencana evaluasi yang digunakan.
Selanjutnya dalam menentukan alternatif pembelajaran M. Soleh (1996) mengemukakan bahwa ada pilihan khusus, seperti (1) mengemas materi bidang studi tertentu agar sesuai dengan kebutuhan belajar anak berbakat, kemudian berangsur-angsur ke bidang studi lain, (2) melatih teknik mengajar tertentu kepada guru bidang studi seperti teknik pembelajaran pengembangan kreativitas, dan (3) mencobakan beberapa model pembelajaran di sekolah atau daerah tertentu dan jika diperoleh hasil yang baik, kemudian menyebarluaskannya ke sekolah lain.

·         Evaluasi
Proses  evaluasi  pada  anak  berbakat  tidak  berbeda  dengan  anakpada umumnya, namun karena kurikulum atau program pelajaran anak berbakat dalam cakupan dan tujuannya maka dibutuhkan penerapan evaluasi yang sesuai dengan keadaan tersebut.
Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar anak berbakat. Sehubungan dengan hal itu Conny Semiawan (1987, 1992) mengemukakan bahwa instrumen dan prosedur yang digunakan  mengacu pada ketuntasan belajar adalah pengejawantahan dari kekhususan layanan pendidikan anak berbakat, hasil umpan balik untuk keperluan tertentu, pemantulan tingkat kemantapan penguasaan suatu materi sesuai dengan sifat, keterampilan, dan kemampuan maupun kecepatan belajar seseorang. Model pengukuran seperti tersebut di atas adalah pengukuran acuan kriteria (criterion-reference). Sebaliknya ada pengukuran acuan norma yang membandingkan keberbakatan seseorang dengan temannya. Kedua cara tersebut tidak selalu menunjuk hasil akhir yang diinginkan, melainkan merupakan petunjuk bidang mana yang sudah dikuasai individu sehingga memberikan keterangan mengenai  taraf kemampuan yang dicapai tanpa tergantung pada kinerja temannya. Penting untuk diperhatikan bahwa sebaiknya disertai dengan saran mengenai model evaluasi yang perlu diterapkan, apakah tes atau nontes.

J.      PERSENTASE ANAK DENGAN CERDAS ISTIMEWA/BERBAKAT ISTIMEWA DI INDONESIA

Diperkirakan terdapat sekitar 2,2% anak usia sekolah memiliki kualifikasi Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa. Artinya terdapat sekitar 1.059.796 anak Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa di Indonesia. Berdasarkan data Asossiasi Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa tahun 2008/9, Jumlah siswa Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa yang sudah terlayani di sekolah akselerasi masih sangat kecil, yaitu 9551 orang yang berarti baru 0,9% siswa Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa yang terlayani. Ditinjau dari segi kelembagaan, dari 260.471 sekolah, baru 311 sekolah yang memiliki program layanan bagi anak Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa. Itupun baru terbatas program yang berbentuk akselerasi. Sedangkan di madrasah, dari 42.756 madrasah, baru ada 7 madrasah yang menyelenggarakan program aksel. Ini berarti masih sangat rendah sekali jumlah sekolah/madrasah yang memberikan layanan pendidikan kepada siswa Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa, serta keterbatasan dari ragam pelayanan.



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Anak berbakat adalah anak yang diidentifikasi oleh orang-orang yang berkualifikasi profesional sebagai anak yang memiliki kemampuan luar biasa. Mereka menghendaki program pendidikan yang sesuai atau layanan melebihi sebagaimana diberikan secara normal oleh program sekolah regular, sehingga dapat merealisasikan kontribusi secara bermakna bagi diri dan masyarakatnya. Karakteristik anak berbakat, diantaranya menunjukkan kemampuan di atas rata-rata, terutama di bidang kemampuan umum, kemampuan khusus, dan menunjukkan komitmen yang terhadap tugas, serta menunjukkan kreativitas yang tinggi
Anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, seperti dikemukakan oleh Sutratinah Tirtonegoro (1984; 29) yaitu; Superior, Gifted dan Genius. Faktor yang mempengaruhi anak berbakat meliputi hereditas, yaitu faktor yang diwariskan dari orang tua dan lingkungan yang ditinjau dari segi keluarga, sekolah dan masyarakat. Perkembangan anak berbakat meliputi perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan emosi, dan perkembangan social.
Anak keberbakatan mengandung atau memunculkan masalah bagi : individu sendiri,  keluarga, masyarakat, dan penyelenggara pendidikan. Identifikasi anak berbakat perlu dilakukan sejak dini. Prosedur yang digunakan dalam proses identifikasi bersifat nondiskriminatif dikaitkan dengan ras, latar belakang ekonomik, suku, dan kondisi kecacatan. Dalam rangka identifikasi ABA, ada dua langkah penting, yaitu penjaringan (screening) dan assessmen. Penjaringan (Screening) meliputi nominasi guru, nominasi orangtua, nominasi teman sebaya (peer nomination), prestasi akademik anak, portofolio, produk kerja atau kinerja siswa, observasi, mereviu catatan siswa, dan tes kelompok (group test). Sedangkan untuk melakukan assessmen, digunakan tes dan instrumen terstandar, di antaranya digunakan tes inteligensi, tes bakat skolastik, tes bakat, tes kreativitas, dan inventory komitmen akan tugas.
Berikut ini akan dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan implementasi layanan pendidikan anak berbakat yaitu ciri khas layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat yang meliputi adaptasi lingkungan belajar, adaptasi program, kurikulum berdiferensiasi. Kita juga perlu memperhatikan strategi pembelajaran dan model layanan, stimulasi imajinasi dan proses inkubasi, desain pembelajaran, serta evaluasi. Diperkirakan terdapat sekitar 2,2% anak usia sekolah memiliki kualifikasi Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa. Artinya terdapat sekitar 1.059.796 anak Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa di Indonesia

B.     SARAN
Agar anak-anak berbakat dapat mengembangkan potensinya secara maksimal, hendaknya guru-guru di Sekolah Dasar memahami ciri-ciri dan karanteristik anak berbakat dalam belajar, selanjutnya diharapkan para guru selalu memperhatikan murid-muridnya pada saat belajar. Jika guru menemukan anak dan memiliki ciri-ciri seperti anak berbakat, maka guru harus melakukan identifikasi secara dini, sehingga peserta didiknya dapat ditangani lebih dini lagi dan potensi yang dimiliki anak bisa berkembang secara maksimal.



DAFTAR PUSTAKA

Semiawan, Conny. 1994. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Tirtonegoro, Sutratinah. 1984. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: PT. Bina aksara.
Munandar, Utami. 1982. Pemanduan Anak Berbakat. Jakarta: CV Rajawali.
Sholeh, Moch., Ichrom. 1996. Identifikasi dan Pendidikan Dini Anak Berbakat. Jakarta: Ditjen Dikti-PPTA.
Wardani, dkk. 2008. Materi Pokok Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.